Jangan takut dibenci - Filosofi Remaja

Beberapa hari yang lalu, saya baru saja melihat video commencement speech dari Adrian Tan (klikdi sini untuk membaca keseluruhan speechnya),

Don’t work. Be hated. Love someone. – Adrian Tan
Meskipun memang terdapat beberapa saran yang kontradiktif (seperti misalnya saran be hated dan dont speak the truth dalam waktu bersamaan-tapi saya tidak akan bahas itu di sini), namun saya merasa terdapat saran yang penting terkait dengan kehidupan yang bagi saya pribadi cukup bermakna, yaitu terkait dengan kebencian orang.

Be hated, begitulah kata Adrian Tan saat ia menyampaikan commencement speech-nya. Sebuah saran yang menurut saya cukup kontroversial, karena siapa sih orang yang mau dibenci?

Kalau kata Derek Muller, pendiri channel Youtube Veritasium, hate is a strong word (klik di sini untuk melihat video opini Veritasium terkait dengan konsep "Be Hated"). Ya, benci tentu merupakan hal yang mungkin kata banyak orang sudah sepatutnya dianggap negatif.

Akan tetapi, hal yang menarik adalah bahwa justru ketika kita melihat banyak figur-figur hebat yang membuat perubahan yang substansial, ternyata sangat jarang sekali ada figur yang tidak pernah dibenci oleh orang lain.

Hampir semua figur-figur yang membuat perubahan besar di dunia ini mereka pernah dibenci oleh orang lain saat mencoba melakukan aksi untuk membuat perubahan tersebut.

Mulai dari Einstein, Sigmund Freud, Steve Jobs, Elon Musk, bahkan Nabi Muhammad sekali pun pernah dibenci oleh orang lain. Einstein? Gurunya sendiri membencinya ketika ia bersekolah. Saat sudah menemukan teori relativitas pun ia sempat dihujat secara umum oleh beberapa ilmuwan terkenal pengikut Newton pada masanya. Sigmund Freud? Bahkan sampai sekarang teorinya masih kontroversial, dan banyak sekali haters dari Sigmund Freud sejak ia praktik di tempatnya. Nabi Muhammad pun sedibenci itu sampai diludahi dan dilempari batu oleh warga saat sedang melewati jalanan.

Einstein dan Sekolah - Filosofi Remaja

Dari sini, bisa kita lihat bahwa seseorang tidak perlu menjadi jahat untuk dibenci oleh orang lain. Malahan, justru orang yang dibenci adalah orang yang sebetulnya mempertahankan idealisme dan juga prinsip pribadinya di tengah-tengah masyarakat yang konformis (ngikut-ngikut bae) ini.

Ya, orang yang dibenci adalah orang yang berani menjadi berbeda di tengah masyarakat yang kebanyakan punya pemikiran yang sama, memang tidak selalu orang baik yang dibenci oleh orang-orang, orang jahat juga seringkali dibenci oleh orang-orang. Maka dari itu, menurut saya dari sini kita bisa sepakat bahwa orang yang dibenci adalah orang yang punya pengaruh.

Ada orang bijak juga yang pernah mengatakan bahwa untuk membahagiakan semua orang adalah hal yang mudah. Cukup dengan jangan pernah terlibat di dalam argumen, dan selalu menuruti apa kata orang. Selesai, anda akan disenangi oleh banyak orang di sekitar anda. Namun apakah itu adalah hal yang baik? Bisa jadi. Bisa jadi menurut anda menjadi baik di mata orang lain merupakan hal yang baik.

Akan tetapi, jika anda ingin berusaha membuat perubahan dan mewujudkan dampak besar, maka bermain aman dengan cara membahagiakan semua orang menurut saya bukanlah hal yang tepat.

Mau tidak mau, ketika kita ingin menciptakan perubahan yang besar, pasti akan ada saja orang yang berbeda pendapat, tersinggung, atau orang-orang yang entah kenapa akhirnya tiba-tiba benci kita karena sesuatu hal yang kita lakukan.

Menurut saya menjadi orang yang dibenci adalah sebuah keniscayaan bagi pemimpin yang berusaha membuat perubahan yang substansial

Steve Jobs sendiri pernah mengatakan bahwa sebetulnya sebagai pemimpin, akan sangat sulit jika kita ingin membahagiakan seluruh bawahan ataupun masyarakat yang kita pimpin.

Dalam quotes-nya yang terkenal, Ia menyebutkannya seperti ini:

Kutipan dari Steve Jobs - Filosofi Remaja
Kutipan dari Steve Jobs - Filosofi Remaja

Lebih jauh dari itu, sebetulnya dibenci oleh orang lain merupakan cara kita juga untuk dapat mengubah paradigma orang lain, manusia lain, kelompok lain, agar dapat mengubah kognisinya menjadi sesuai dengan apa yang kita percayai.

Mungkin banyak yang mengatakan bahwa menulis postingan di internet, di sosmed, atau di blog seperti saya sekarang ini tidak akan terlalu berpengaruh bagi pemikiran orang lain. Bahkan ada pribahasanya sendiri, bahwa ‘haters’ will be ‘haters’, dan ‘lovers’ will be ‘lovers’.

Namun bayangkan jika anda, setelah menulis, dapat mengubah paradigma orang yang membaca tulisan anda menjadi lebih baik. Setidaknya membuat ia (meskipun tidak setuju dengan anda) dapat mengerti dengan argumen yang anda ingin sampaikan. 

Akan menjadi kebahagiaan lebih juga bagi anda apabila setelah orang membaca tulisan anda, bukan hanya aspek kognitif yang berubah (bukan hanya "ngeh"/sadar), namun juga afektif (secara emosi) dan juga perilakunya berubah. Sebegitu kerennya sebuah tulisan jika dapat mengubah perilaku orang.

Nah, hal inilah yang selama ini dilakukan oleh Filosofi Remaja. Tidak jarang juga ada beberapa dari artikel yang saya tulis yang mendapat kecaman, kritikan, bahkan ancaman.

Saya tidak pernah takut. Justru ketika tulisan saya membuat saya mendapat ancaman, maka berarti saya sudah cukup populer untuk merambah populasi orang yang berbeda pikiran dengan saya.

Dan hal inilah yang mesti dilakukan. Untuk itulah menurut saya seharusnya orang-orang menulis. Untuk menjangkau orang-orang yang pemikirannya masih netral atau kontradiktif dengan saya agar saya dapat mengubah paradigma mereka menjadi lebih baik.

Sesimpel itu. Oleh karena itu, untuk anda di luar sana yang ingin membuat perubahan, jangan takut dibenci. 

Udah itu aja. Sikat!

Salam hangat,
Ifandi Khainur Rahim

Filosofi Remaja, Mengubah Paradigma Remaja Indonesia Menjadi Lebih Baik.