Akhir-akhir ini saya sedang meneliti tentang kebahagiaan orang-orang yang ada di sekitar saya. Ya, di angkatan saya, yaitu angkatan 2015 di Fakultas Psikologi UI. Alat yang saya pakai untuk mengukur hal tersebut bukanlah alat ukur yang valid, bukan pula alat ukur yang reliabilitasnya tinggi, bukan juga alat ukur yang terstandardisasi seperti kata Laura King dalam bukunya ketika ia menjelaskan tentang alat test yang baik.  Bukan, bukan itu. Hanya sekedar alat ukur yang subjektif dan fenomenologis di mana saya bertanya kepada segelintir orang di angkatan saya…

“Seberapa bahagiakah kamu dalam menjalani kehidupan dan kegiatan di Fakultas Psikologi ini? Dari skala 1-10 ya”

Jawaban yang saya dapat agak mengejutkan. Banyak orang yang saya kira mereka cukup bahagia di sini, namun ternyata mereka menjawab tingkat kebahagiaan ini dengan nilai yang cukup rendah (di bawah 6). Selain itu, banyak orang yang saya sangka tidak akan menjawab melebihi angka 6, namun ternyata mereka menjawab dengan angka yang fantastis (di atas 8), ya, sebahagia itu ternyata.

Setelah itu saya bertanya kembali kepada mereka,

“Lalu apa sih yang membuat kamu bahagia?”

Ironisnya adalah, banyak orang yang mengatakan angka di bawah 6, tapi MEREKA TIDAK TAHU sebab mengapa mereka tidak bahagia, dan apa yang mereka butuhkan supaya mereka lebih bahagia. Sedangkan orang yang bahagia kebanyakan menjawab dengan satu pattern yang sama… Ya, mereka bahagia karena passion.

Saya sadar, kebahagiaan ini bukan masalah kekayaan, bukan masalah ego, bukan masalah pencapaian, pun bukan masalah kepintaran, tapi masalah passion. Orang-orang yang tingkat kebahagiaannya tinggi tak lebih kaya, tak lebih pintar, tak lebih keren dari yang tidak bahagia, tapi mereka tahu dan menjalani passion mereka dengan serius, yaitu kuliah dan melakukan kegiatan di Fakultas Psikologi UI. Akhirnya saya berpikir... 

"Untuk apa IP dan nilai tinggi jika kita tidak bahagia? Untuk apa kita hebat dalam sesuatu jika kita gak enjoy menjalaninya? Untuk apa kita punya uang banyak tapi gak bisa kita nikmati? Untuk apa kuliah CAPEK-CAPEK 4 tahun jika kita gak bahagia?"

Salah satu co-founder dari gerakan Positive Psychology, yaitu Martin Seligman mengatakan bahwa standar kesejahteraan manusia sudah tidak dapat diukur lagi dari kekayaan (GDP) atau pencapaian seseorang, namun dengan meaningful life, di mana faktor terbesarnya adalah purpose, passion, dan kebahagiaan.

Ya, kawan. Di zaman yang modern ini, menurut saya seharusnya tolak ukur kesejahteraan tidak lagi diukur dalam satuan ekonomi, namun dengan satuan kebahagiaan.

Maka, pertanyaan saya untuk kamu sekarang adalah…

“Apakah kamu siap untuk bahagia?”

dan

“Apakah hidupmu sekarang ini sudah sesuai dengan passion dan tujuanmu?”